Rabu, 17 Februari 2016

19th

First of all, I would like to thank my family and friends for being a part of my journey, i know i made a billion mistakes, but you're still here for me. So, thank you.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari Kamis, 28 Januari 2016 merupakan hari terakhir saya di umur yang ke 18 tahun. Hari ini saya isi dengan berpuasa untuk membayar hutang saya selama bulan Ramadhan yang belum juga tuntas. Meskipun 'mungkin' bagi beberapa orang hal ini sangat membosankan untuk dilakukan di hari sebelum umur mereka akan bertambah, namun bagi saya hal ini merupakan pilihan yang paling tepat untuk dilakukan daripada saya hanya berdiam diri di kamar dan tidak melakukan apapun. Setelah berbuka puasa, malam hari pun tiba, tidak terasa hari terakhir di umur yang ke 18 ini hampir berakhir.
Tepat pada pukul 00:00 pada tanggal 29 Januari 2016, I'm officially 19! Sampai saat ini saya masih belum percaya bahwa saya sudah “se-tua” ini. Saya masih ingat ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan menonton TV berharap untuk segera tumbuh dan menjadi anak remaja. Namun, hari ini saya berbalik mengharapkan dapat kembali menjadi anak yang masih duduk di Sekolah Dasar. Tetapi, hal itu sangat tidak mungkin, yang tersisa hanya saya yang harus menjalani tahun ke 19 di hidup saya ini lebih baik, agar suatu hari nanti tidak menyesal karena melewatkan kesempatan yang ada hari ini. Lagi pula saya bukan Hermione Granger dan Harry Potter yang memiliki Time-Turner bukan? (Hehe) 


Orang yang pertama kali mengucapkan selamat adalah Nada, teman saya di kampus. Orangnya sangat baik, selalu berpikiran positif dan suka membantu orang lain, termasuk saya. Nada awalnya bertanya-tanya apakah benar hari ini merupakan ulang tahun saya, dan perkiraannya pun benar. Tidak lama kemudian saya tertidur tanpa saya sadari. Setelah mendapatkan waktu beristirahat beberapa jam, saya pun terbangun di pagi hari. Yang saya dapati di pagi hari adalah ucapan dari keluarga dan teman-teman saya, termasuk Aul, teman saya di kampus yang akan saya temui hari ini. Saya pun segera membalas semua pesan yang ada lalu bergegas bersiap-siap untuk bertemu Aul di Bintaro Xchange Mall, Tangerang Selatan. Setelah bersiap, saya mengambil beberapa foto selfie sebelum berangkat menuju Mall. So, here’s my birthday selfie.




Sekitar pukul 10:00 saya pun berangkat dengan menumpangi mobil kakak saya yang akan mengantar Babeh untuk cuci darah, lalu melanjutkan perjalanan saya menggunakan Grab Bike sampai ke Bintaro Xchange. Alhamdulillah, tidak ada kendala apapun yang saya lalui. Saya tiba lebih cepat dari pada Aul, saya memilih untuk berkeliling Mall terlebih dahulu lalu memutuskan untuk bertemu di Pizza Hut dengan Aul. Tidak lama setelah saya sampai di Pizza Hut, Aul pun datang dan membawa kado. Pertemuan saya dan Aul di Pizza Hut ini merupakan birthday lunch saya. We talked and took a lot of pictures, here’s some of them (tidak ditampilkan semua, dikarenakan foto yang kami ambil terlalu banyak hehe).






Setelah birthday lunch, saya menlanjutkan perjalanan saya dan Aul ke Musholla untuk Shalat Dzuhur. Setelah itu kami hanya berkeliling Mall dan sempat melihat beberapa toko termasuk Scoop. Setelah keluar dari Scoop, kalung yang saya gunakan lepas, sangat disayangkan, karena kalung ini merupakan salah satu koleksi favorite saya. Disini kami hampir menonton film The 5th Wave, namun waktunya tidak memungkinkan, kami pun memutuskan untuk pulang. Sesampainya saya di rumah, saya membuka kado dari Aul, kado-nya sangat unik, berikut ini adalah penampakan kado yang Aul berikan.

Setelah membuka kado dari Aul, tidak ada apa-apa lagi yang saya kerjakan selain berdiam di kamar, memainkan Handphone, Shalat, dan menonton TV. Saya sengaja tidak keluar kamar karena saya tau keluarga saya akan mempersiapkan surprise pada malam hari (Percaya Diri, hehe). Keluarga adalah tempat satu-satunya dimana perayaan ulang tahun saya seperti ‘keharusan’ untuk sedikit ‘dirayakan’ (Alhamdulillah). Menunggu dan terus menunggu sampai ketika jam menunjukan lebih dari pukul 20:00 saya mulai merasakan lapar dan bertanya-tanya mengapa belum ada surprise? Saya sempat menunda-nunda untuk keluar kamar (karena saya berpikiran bahwa keluarga saya sedang menyiapkan surprise), sampai pada akhirnya rasa lapar yang saya rasakan mulai menggangu saya dan saya pun memutuskan untuk keluar dari kamar. Ketika saja saya membuka pintu kamar, saya disambut dengan adik saya yang bersorak dan mengatakan bahwa surprise yang mereka buat batal, hal ini lah yang mengundang tawa saya dan dia. Saya pun kembali menutup pintu kamar lagi sambil tetap tertawa. Tidak lama kemudian, adik dan ibu saya memanggil saya untuk menemui mereka, ketika saya berjalan menghampiri mereka, ada saja yang membuat saya tidak tahan untuk menahan tawa, ekspresi dan kata-kata adik saya. Adik saya terus tertawa dan sempat mengatakan jangan berpura-pura tidak tau akan surprise ini dalam bahasa sunda. Saya pun menghampiri mereka sambil tertawa, setibanya saya di ruang keluarga, surprise pun sudah disiapkan dan Babeh, Mamah, Adik saya dan kakak saya sudah berada di sana. Sayannya pada kesempatan kali ini (lagi-lagi) kakak kedua saya tidak ada di sini dikarenakan kesibukannya berhijrah untuk berjihad menuntut ilmu, ketidak hadiran kakak kedua saya ‘digantikan’ dengan ‘peserta’ tambahan yaitu ka Dhinar (kekasih kakak pertama saya, saat ini). Cukup sulit untuk menjelaskan suasani ini dalam rangkaian kata, agar lebih tergambar suasana saat ini foto-foto dan video lebih pandai menggambarkannya dari pada jari-jari saya.







Setelah selesai acara perayaan kecil-kecilan ini, waktu pun mulai larut dan ka Dhinar pun harus pulang. Saya pun berpamitan kepada ka Dhinar, namun saya cukup bingung ketika ka Dhinar yang awalnya sudah meninggalkan ruang keluarga tiba-tiba kembali lagi dan membawa kado yang cukup besar, dan ini adalah kado dari ka Dhinar.


Setelah menerima kado ka Dhinar saya langsung kembali ke kamar dan membukanya. Hari Jum’at, 29 Januari 2016 pun berakhir, Alhamdulillah saya masih diberikan waktu untuk memperbaiki diri dan dikelilingi orang-orang yang menyayangi saya, terutama keluarga saya.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 30 Januari 2016 saya dan adik saya pergi ke Mall penuh dengan kenangan kami di masa kecil yaitu BSD Plaza. Disini kami makan siang dan menonton film The 5th Wave. Sayangnya tidak ada foto yang kami ambil. Hanya ada foto tiket nonton kami dan kado (beserta surat) yang adik saya berikan. (Special thanks to Umi for the ride). 


My sister is hiding behind her own phone!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Minggu, 31 Januari 2016 saya, Antik dan Sarah melakukan perjalan ke Dufan! For further Dufan story, please kindly check it here: Dufan with Sarah & Antik

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tepat satu minggu setelah saya berumur 19 tahun, saya akhirnya bertemu Hani di Abuba Steak, lalu melanjutkan pertemuan kami dengan menonton film Love, Rosie di kediaman sayaUniknya dari pertemuan kami kali ini adalah dari Abuba Steak ke rumah saya kami menggunakan kendaran yang berbeda, saya dengan motor kakak saya dan Hani dengan mobilnya. Bukan hanya itu, keunikan yang lain juga terjadi, ketika di perjalanan saya dengan motor melaju lebih cepat dari pada Hani dengan mobilnya dan anehnya ada mobil yang sama dengan Hani tepat dibelakang saya, karena saya kurang mengingat nomor mobil Hani, saya pun sempat mengejar mobil yang sama dengan mobil Hani karena mobil tersebut mangambil jalan yang salah dengan jalur ke rumah saya. Cukup memalukan, karena warga sekitar sempat melihat kejadian yang cuckup aneh apalagi ketika saya sudah bertemu dengan mobil Hani lagi dan memilih untuk memanggil Hani dan memastikan apakah itu benar dia, padalah sedang berada di pertigaan dan ada mobil tepat di depan kami. What a day! Here's some memories we've made during our latest meeting! (Btw, Hani gave me my first 19th (real) birthday cake! In my family tradition, we use Pizza as our "cake").







---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rabu, 10 Februari 2016. I got some surprise from my childhood squad! Mereka semua juga berstatus saudara kandung saya; Mutiara, Ica dan Ziah! Awalnya hanya ingin membicarakan perjalanan kami minggu yang akan datang namun mereka menyisipkan surprise ini meskipun membuat pertemuan kami molor dari jam 13:00 menjadi kurang lebih jam 16:30! Here's ours snaps:






---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Thank you everyone. 
Hi 19, please be nice.
This year's goals:
  • Be more thankful
  • Pray more, worry less
  • Forget and forgive
  • Fix my academic scores!
Wish me luck!



Sabtu, 06 Februari 2016

Dufan with Sarah & Antik

Bicara tentang Sarah dan Antik memang tidak akan ada habisnya, hari ini Minggu, 31 Januari 2016; tepat hari ke-tiga saya di umur yang ke 19 tahun ini kita memutuskan untuk pergi ke Dunia Fantasi (Dufan). Direncanakan dari jauh-jauh hari, Alhamdulillah hari ini kami jadi menghabiskan waktu kami di Dufan.
Hari ini dimulai dengan terbangun karena Adzan Subuh, tapi karena tergoda dengan kehangatan kasur di kamar yang biasanya tidak dirasakan ketika hari-hari penuh perjuangan di kamar kos, maka saya pun melanjutkan tidur saya. Alhasil sekitar pukul 6:40 pagi mamah mengetuk pintu kamar dan bertanya: “kata-nya hari ini mau pergi?”. Saya pun terbangun dari tidur dan bergegas menghubungi Sarah dan Antik terlebih dahulu. Setelah memastikan dimana dan pukul berapa kami akan bertemu, saya memulai persiapan perjalanan ini dari mulai menyiapkan barang-barang yang akan dibawa, sarapan pagi, mandi dan berhias seadanya, meskipun ada kendala sedikit untuk membantu Babeh untuk memanggil saudara sepupu, namun pertemuaan saya dengan Sarah dan Antik tidak terganggu meskipun harus merubah tempat pertemuan kami yaitu dari KFC Kisamaun menjadi Stasiun Kota Tangerang dikarenakan macetnya jalanan yang harus saya lewati.
Saya tiba di stasiun lebih awal, kurang lebih pukul 8:40 pagi, karena takut tertinggal oleh kereta, saya bertanya kepada bapak satpam penjaga pintu masuk/keluar dan mendapatkan jawaban bahwa kereta akan berangkat pukul 8:45 pagi, meskipun Sarah dan Antik ketika datang masih perlu membeli tiket masuk, Alhamdulillah kami masih dapat mengejar kereta dengan jadwal keberangkatan pukul 8:45 pagi.
Setelah kurang lebih empat bulan tidak melihat Sarah dan Antik, dan cukup jarang-nya kami melakukan komunikasi, saya sempat pangling melihat mereka, dua orang yang “dulu” dapat saya lihat dengan mata kepala saya hampir setiap hari. Namun, ada beberapa hal dari mereka yang dari dulu sampai sekarang masih saya kenali. Meskipun secara fisik mereka sudah menunjukan “proses pendewasaan” hal-hal yang wajar, sifat-sifat mereka yang dulu masih sama, masih menerima saya apa adanya. Seketika, masalah-masalah perkuliahan yang sangat rumit pun hilang, setidaknya untuk sementara.
Di dalam kereta, hanya Antik yang mendapatkan tempat duduk; saya dan Sarah hanya berdiri di dekat pintu masuk/keluar kereta. Selama perjalanan kami, kami isi dengan bercanda gurau. Topik lawakan kami tentu tidak akan jauh dari hal-hal yang kami ketahui selama SMA dulu. Meskipun menurut orang lain hal itu dapat membosankan, namun kami masih saja membahasnya. Disela-sela candaan kami, Sarah mengelurkan kado untuk saya dari tas-nya. Guess what? Dia memberi saya Eau De Toillet dari Victoria’s Secrect yang beberapa bulan lalu hampir saya beli, sayangnya kado Sarah kali ini tidak dilengkapi dengan “surat” yang biasanya menghiasi setiap kado yang Sarah berika di tahun-tahun sebelumnya. Inilah penampakan dari Eau De Toillet tersebut:

Ketika perjalanan kami hampir sampai di Stasiun Duri, wanita yang duduk disebelah kanan Antik pun pergi dan Sarah mengisi kekosongan kursi, namun tidak lama kemudian ada rombongan ibu-ibu yang datang dan Sarah memberika kursinya untuk rombongan ibu-ibu tersebut diikuti oleh Antik. Kurang dari 10 menit kami pun tiba di stasiun transit yaitu stasiun Duri. Setelah turun dari kereta yang kami tumpangi, kami pun bergegas menuju kereta selanjutnya untuk mengantar kami ke Stasiun terdekat dengan Ancol yang dapat kami tumpangi yaitu stasiun Kampung Bandan.
Beruntungnya di kereta kali ini kami ber-tiga mendapatkan kursi untuk duduk. Bukan Sarah dan Antik memang jika tidak menemukan hal-hal biasa untuk dijadikan lelucon. Tiba-tiba saja mereka tertawa berdua dan membuat saya bingung, ternyata alasan mereka tertawa adalah wanita yang duduk di depan kami mereka anggap mirip teman kami di SMA dulu. Sejujurnya saya cukup binung karena saya rasa wanita itu tidak mirip dengan teman kami, tapi saya ikut tertawa karena melihat mereka tertawa dengan lepasnya, alhasil mereka berfikiran saya terus menerus mengamati wanita tersebut dan menertawakan wanita tersebut, padahal itu bukan alasan yang sebenarnya. Disela-sela candaan kami Sarah dan Antik (mereka sudah cukup mahir masalah KRL Jabodetabek) tiba-tiba terhentak dan mendengarkan dengan seksama apakah stasiun tujuan kami sudah dekat atau belum, ternyata benar saja sudah dekat, jika kami terus-menerus bercanda gurau dan tidak mendengarkan pengumuman dari speaker, mungkin saja stasiun tujuan kami dapat terlewatkan.
Sesampainya kami di stasiun Kampung Bandan, kami pun langsung bergegas menanyakan kepada satpam stasiun ke mana arah menuju Ancol, satpam tersebut pun memberi tahu kami arah sekaligus Angkutan Kota (Angkot) yang dapat mengantar kami ke Ancol. Setelah melewati tangga jalan dan jembatan penyebrangan yang menurut Sarah rawan akan kerusakan, kami pun menaiki Angkot menuju Ancol (jika saya tidak salah Angkot-nya M15A). Kami pun menyiapkan uang sebesar Rp. 4,000 (perintah Antik) untuk membayar Angkot, namun kami terkaget karena perjalanan kami sangat amat singkat sehingga kami hanya membayar Rp. 3,000 (per orang).
Akhirnya kami tiba di gerbang Ancol, dan membayar sebesar Rp. 25.000 (per orang) untuk melewati gerbang tersebut. Masih jelas diingatan saya tepat Idul Adha September lalu saya, a Fahru, Uput dan ka Iffah tiba di gerbang yang sama nemun kami harus membayar lebih karena mobil yang kami tumpangi. Setelah melewati gerbang Ancol kami pun bergegas menuju Dufan. Ketika sampai di Dufan kami menanyakan beberapa hal kepada penjaga dan Sarah pun langsung mengantri membeli tiket dan mengurus kartu Annual Pass, sedangkan saya dan Antik telah memiliki kartu Annual Pass, kami berdua pun bergegas menuju pintu masuk. Antrian pintu masuk cukup panjang, saya dan Antik menunggu antrian pertama yaitu pemeriksaan tas dan antrian ke dua yaitu pemeriksaan kartu Annual Pass. Setelah melewati kedua pemeriksaan kami menunggu Sarah sambil duduk terlebih dahulu. Sambil menunggu Sarah, saya mengecek barang bawaan saya di tas, awalnya saya dan Antik ingin mengambil foto selfie, namun keadaan kamera saya belum memungkinkan ketika itu, sampai pada akhirnya Sarah selesai mengurusi kartu Annual Pass nya dan kami bergegas menuju wahana-wahana yang ada di Dufan.
Wahana pertama yang kami coba adalah wahana kincir raksasa Bianglala, hal ini dilakukan untuk pemanasan, karena Sarah tidak pernah berani menaiki wahana apapun yang menguji adrenalin, meskipun kincir raksasa Bianglala tidak termasuk wahana yang menegangkan, bahkan dapat dilihat dengan banyaknya anak-anak kecil yang dapat menaiki wahana ini, namun Sarah tetap saja terus menerus menghawatirkan permainan ini. Sebelum kami menaiki wahana ini, antriannya cukup ramai tapi tidak terlalu lama, jika tidak salah kami munggu dua sampai tiga bagian, dan ketika antrian sedang maju saya menyampaikan bagaimana “nyesek” nya jika ketika kita sudah berada di titik terdepan tetapi kuotanya telah cukup untuk bagian tersebut, benar saja kami berada pada titik paling depan tetapi masih harus menunggu. Aggar tidak terlalu jenuh selama menunggu kami sempat mengambil beberapa foto selfie pertama kami di Dufan!

Setelah mengambil beberapa foto selfie, bagian kami pun tiba dan kami pun mulai menaiki wahana kincir raksasa Bianglala. Kami mendapat bagian bersama keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak perempuan mereka yang masih kecil. Selama menaiki wahana ini, Sarah tidak henti-hentinya ketakutan ketika posisi kami berada paling tinggi. Ketakutan Sarah mengundang keinginan saya untuk mengambil foto-foto selama kami berada di arena kincir raksasa Bianglala. Foto-foto yang saya dapatkan cukup untuk mengundang tawa, berikut adalah foto-fotonya:






Setelah wahana kincir raksasa Bianglala selesai, Antik tidak henti-hentinya “merasuki” Sarah agar berani menaiki wahana Kora-Kora atau Histeria. Namun, sejak kami berada di atas wahana kincir raksasa Bianglala, Sarah tidak henti-hentinya mengutarakan ketakutannya terhadap wahana Kora-kora. Antik memiliki jurus “maut” untuk menggoda, sehingga Sarah memutuskan untuk melihat terlebih dahurulu bagaimana wahana Histeria, sebelum pada akhirnya rayuan “maut” Antik berhasil menggoda Sarah dan Sarah pun setuju untuk menaiki wahana Histeria. Meskipun diwarnai dengan proses kemcetan yang dikarenakan Sarah yang terlihat tidak meyakinkan untuk berani menaiki wahana Histeria, namun pada akhrnya kami mengantri diwahana yang cukup ramai ini. Awalnya saya memang agak takut menaiki wahana ini untuk yang ke-dua kali-nya, namun saya lawan rasa takut itu, karna saya merinduhkan kekagetan yang wahana ini berikan empat bulan yang lalu. Setelah menunggu cukup lama, bagian kami pun tiba, syukurnya kami mendapat tempat yang berdekatan. Saya duduk dipaling ujung, Sarah dibagian tengah, selanjutnya ada Antik dan wanita yang kami tidak kenal siapa. Ketika kami akan memulai permainan kami di Histeria, penjaga wahana ini mungkin mendengan Sarah yang berlebihan ketakutannya, sehingga memutuskan untuk membecandakan saya dan Sarah. Awalnya saya berniat menakut-nakuti Sarah, berakhir dengan saya yang terkena tipuan penjaga wahana ini yang mengatakan bahwa sabuk pengaman saya dan Sarah kurang kuat. Namun, anehnya jika memang sabuk kami kurang pas, mengapa mereka hanya bicara, tidak memperbaiki keadaan, saya pun melupakan hal tersebut dan langsung pertunjukan Hsiteria pun dimulai.
Salah satu wahana favorite saya adalah Histeria, hal yang paling membuat jantung saya berdetak kencang adalah ketika saya sudah berada di atas dan wahana ini menurunkan saya dengan secepat kilat. Wahana ini salah satu hiburan untuk meluapkan kekesalan, penyesalan dan kesedihan di semester III kemarin. Menurut saya wahana ini sangat mengkagetkan saya sekali, sehingga saya dapat melihat keindahan pantai Ancol yang dapat saya lihat dari ketinggian. Saya pun sempat melihat photograper yang mengambil foto kami, dikarenakan saya sangat menikmati pemandangan di depan saya, hampir saya lupa saya sedang berada di wahana yang cukup menakutkan, namun setidaknya wahana ini tidak lebih menakutkan jika dibandingkan dengan teriakan Sarah yang sangat amat kencang dan tidak ada habisnya. Saya sebenarnya menghawatirkan Sarah akan pingsan karena ketakutan ketika menaiki wahana ini, namun yang saya dengar selama “pertunjukan” wahana ini adalah teriakan Sarah yang sangat mengundang tawa banyak orang, sehingga kehawatiran saya pun hilang seketika. Jika Sarah masih kuat teriak sekeras itu, tidak mungkin dia akan pingsan dalam waktu setidaknya tiga menit kedepan. Pertunjukan wahana ini pun selesai, dan kami disambut dengan tawa penjaga wahana dan ejekan mereka dikarenakan kami percaya akan lelucon yang mereka ciptakan bahwa sabuk kami kurang kencang, belum lagi ditambah orang-orang di pinggir kami yang mendengar teriakan Sarah, mereka tertawa menghadap kami. Namun kami malah sibuk bercerita satu sama lain dan tidak memperdulikan apa kata orang. Kami pun tetap berbincang-bincang sambil menuju pintu keluar, sebelum kami keluar, kami membeli satu foto kenang-kenangan dari wahana Histeria, harga hard copy per foto seharga Rp. 30,000. Saat ini foto tersebut berada di tangan Sarah. Lucunya, Sarah meminta foto yang ketika dia membuka mulut-nya sangat lebar karena teriak untuk dicetak. Bukan Sarah kalau tidak melakukan hal-hal yang akan membuat orang lain tertawa. Ini adalah foto kenang-kenangan dari wahana Histeria:

Setelah lelah berteriak di wahana Histeria, saya merasa lapar dan memutuskan untuk makan di Yoshinoya (ini merupakan kali pertama saya mencoba makanan di tempat ini). Sayangnya momen ini tidak diabadikan dikarenakan Antik dan Sarah terlalu terburu-buru untuk meninggalkan tempat makan ini dikarenakan waktu kami yang pendek. Dari Yoshinoya kami pun memutuskan untuk melanjutkan ke wahana Istana Boneka, karena kondisi kami yang baru saja selesai makan siang. Kami sempat tersesat dalam perjalanan kami menuju Istana Boneka, sehingga kami harus kembali ke pintu masuk dan mengambil jalan yang berbeda dari yang kami lalui. Sambil menuju Istana Boneka kami masuk ke dalam Rumah Jail. Kami sempat mengambil beberapa foto sebelum pada akhirnya kami mendengar seseorang berbicara: “mah, tolongin aku mah” ditambah dengan hanya ada kami ber-tiga di dalam ruangan tersebut. Saya pun ketakutan dan panik, ditambah Antik yang tidak mau berada di barisan paling belakang membuat saya lebih panik lagi. Meskipun pengakuan Antik dia tidak takut dengan suara tersebut, namun melihat kepanikan Antik yang tidak mau berada dibarisan paling belakang membuat saya curiga. Berikut ini adalah foto-foto yang kami ambil ketika kami berada dalam rumah Jail (rumah yang terdiri dari banyak kaca-kaca yang membuat kami hampir tidak bisa keluar dan ketakutan karena ada suara yang menakutkan):


Setelah keluar dari rumah Jail, kami melanjutkan perjalanan kami ke Istana Boneka. Sesampainya kami ke Istana Boneka antrian yang kami dapati tidak terlalu panjang. Sebelum masuk ke wahana Istana Boneka saya terus ditakut-takuti Antik dan Sarah, mereka mengatakan bahwa wahana ini benar menakutkan seperti yang dikatakan ka Iffah ketika terakhir kali kami ke sini. Alhasil ketika kereta bagian kami datang, saya pun ketakutan dan ingin duduk di tengah. Memang satu baris kursi dapat diduduki oleh tiga orang, namun karena saya merasa kesempitan dan kursi dibelakang kami kosong, saya meminta Antik untuk pindah, untungnya Antik mau mengalah (mungkin karena Antik adalah orang yang paling ‘kolot’ dari kami bertiga hehe). Di dalam wahana ini saya sama sekali tidak menemukan hal-hal yang berbau mistis seperti yang diceritakan orang-orang sebelumnya, bahkan wahana ini benar-benar wahana sarana edukasi mengenai budaya-budaya di Indonesia maupun di negara-negara lain di benua Asia, Eropa, Afrika dan lain-lain. Saya sempat mengambil beberapa foto dari boneka-boneka yang ada dalam wahana ini, tetapi saya hapus karena saya merasa kurang membutuhkan foto-foto tersebut. Selama perjalanan kami di wahana ini ada seorang wanita yang melanggar peraturan yaitu dengan keluar dari perahu yang membawanya dan berfoto di dekat boneka-boneka yang ada di dalam wahana ini. Tidak lama kemudian, lagu anak-anak yang sedang diputar dihendikan, jujur saya mengira akan diganti lagu yang menyeramkan dan wahana menyeramkan pun akan dimulai, namun dugaan saya salah, ternyata lagu tersebut dihentikan dikarenakan petugas memperingati agar pengunjung tetap berada dalam perahu mereka. Tidak lama kemudian kami pun menyelesaikan perjalanan kami di wahana ini. Kami pun langsung bergegas ke wahana Ice Age, wahana yang sebelumnya ingin kami coba tetapi karena waktunya belum menunjuan pukul 13:00 jadi kami memutuskan untuk ke Istana Boneka terlebih dahulu.
Kami samapai di wahana Ice Age kurang lebih pukul 12:55 dan kami dapati antrian wahana ini sudah sangat panjang. Sarah dan Antik langsung mengantri di tempat dan saya memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu. Ketika saya sedang berada dalam perjalanan menuju toilet, saya memutuskan untuk sekalian ke Musholla dan mengerjakan Shalat Dzuhur, awalnya saya ingin mengajak Antik, namun saya takut Antik sedang tidak Shalat jadi saya mengerjakan kewajiban saya sendiri terlebih dahlu, saya juga awalnya takut tertinggal Sarah dan Antik karena antrian yang dilalui mereka sudah dekat, namun mengingat antriannya cukup panjang saya memberanikan diri untuk tetap Shalat dan benar saja ketika saya kembali, Sarah dan Antik masih berada di antrian belakang. Setelah Shalat Dzuhur, saya pun ke toilet dan kembali ke tempat tadi saya meniggalkan Sarah dan Antik. Sesampainya saya di antrian, Antik dan Sarah langsung menceritakan pasangan yang “terlalu berlebihan” yang berada tepat di depan kami. Sarah dan Antik pun tidak segan-segan untuk menyinggung dan membicarakan mereka berdua, namun mereka berdua tetap merasa seperti dunia ini hanya milik mereka berdua, jadi mereka tidak mengabaikan sindiran kami sama sekali. Wahana ini seperti tempat favorite bebrapa pasangan, dapat dilihat bahwa banyaknya pasangan yang mengantri di depan kami. Antrian yang sangat lama, membuat kami memutuskan untuk mengambil beberapa foto selfie dan berbicara tentang masa depan kami nanti. Berikut ini adalah foto-foto selfie kami:




Kegiatan selfie dengan kamera saya tidak dapat diteruskan dikarenakan ketika kami sudah masuk ke dalam antrian yang ada di dalam wahana, kamera saya diminta untuk dimasukan ke dalam tas. Namun kami melanjutkan selfie menggunakan handphone Sarah. Di dalam antrian yang sduah berada di dalam wahananya, saya dapat melihat pengunjung yang telah selesai menikmati wahana ini kebasahan, meskipun tidak parah, saya sempat sangat panik karena tidak membawa baju ganti, padahal yang meminta untuk Sarah dan Antik untuk membawa pakaian ganti adalah saya sendiri. Di dalam wahana yang gelap saya sempat ketakutan dan bingung apakah ini wahana yang berbau mistis atau bukan dikarenakan banyaknya lorong yang kami harus lalui dan keadaan yang cukup gelap, ditambah lagi dengan pengunjung lain yang mengelurkan suara suara aneh agar membuat pengunjung lain ketakutan. Sesampainya kami di perahu, saya tetap ketakutan dan memilih untuk duduk disamping pria yang datang dengan pasangannya, karena saya tidak berani di ujung karena takut kebasahan. Sebenarnya wahana ini tidak jauh berbeda dengan wahana Niagara, namun tidak lebih mengejutkan ketika peruhau kami meluncur dan keadaannya yang cukup gelap membuat kami tidak mengira bahwa akan ada kekagetan yang akan alami serta wahana ini dilengkapi dengan cerita Ice Age nya.
Keluar dari wahana Ice Age membuat pakian yang kami pakai cukup basah, jadi kami memutuskan untuk langsung ke wahana Arum Jeram. Beruntungnya antrian yang kami lalui sedang “kurang ramai” jadi kami tidak menunggu terlalu lama. Wahana ini cukup membuat saya ingin menyobanya lagi, saya suka, tetapi karena saya tidak membawa pakaian ganti jadi selama dalam wahana ini saya terus mengkhawatirkan pakian saya. Setelah turun dari wahana ini, kami meminta tiga orang wanita untuk mengambil foto kami dan menawarkan bergantian, namun wanita itu menolak untuk kami ambil fotonya. Berikut hasil fotonya:


Setelah dari Arum Jeram kami menaiki wahana ayunan raksasa agar baju kami kering. Seperti biasa, Sarah ketakutan dan Antik tidak hentinya menengankan Sarah, sedangkan saya sibuk beristirahat dengan menyenderkan kepala saya. Kaki Antik sempat mengenai ranting pohon, membuat dia bercerita setidaknya dua kali karena kejadian itu. Entah mengapa saya sangat lemas dan ingin makan lagi, alhasil setelah dari wahana ayunan raksasa tersebut kami ke ATM Centre untuk mengambil uang dan makan sebentar di Mc Donald’s. Di Mc Donald’s hanya saya yang makan. Setelah dari Mc Donald’s kami awalnya ingin memasuki wahana Perang Bintang, namun wahana ini sedang tutup ketika kami datangi. Kami pun menggantiagenda kami, Sarah dan Antik kemudian makan Pop Mie dan saya sedang Shalat Ashar. Setelah Shalat Ashar kami bertemu di wahana kuda-kudaan, ketika itu sedang ada pawai dan kami mencoba wahana kuda-kudaan dengan pemandangan anak-anak kecil disekeliling kami. Setelah itu Sarah dan Antik berganti pakaian, lalu kami pulang meninggalkan Dufan. Berikut ini adalah foto-foto terakhir kami di Dufan:


Setelah kami meninggalkan Ancol, di depan pintu masuk Ancol ada beberapa angkot yang memiliki tujuan yang berbeda-beda, meskipun awalnya kami sempat berniat akan menggunakan Taxi keteika pulang nanti karena jalan menuju stasiun Kampung Bandan yang cukup kurang penerangan di malam hari kami pun akhirnya memutuskan untuk menggunakan jasa Angkot dikarenakan trauma Antik yang pernah “dibohongi” supir Taxi dan Sarah pun berfikiran jika bisa lebih murah dengan Angkot, mengapa harus menggunakan Taxi. Alhasil, kami menaiki Angkot yang sebelumnya kami tanyakan terlebih dahuhu apakah angkot ini akan melewati stasiun tujuan kami yaitu stasiun Kampung Bandan atau tidak. Di jalan saya bertemu bapak tua yang menjual minuman dingin. Saya sangat ingin turun dan membeli air yang bapak tua itu jual. Betapa pekerja kerasnya bapak tua itu, bapak itu masih lebih memilih untuk berjualan dari pada meminta-minta. Sayangnya, kebodohan saya melebihi keinginan saya untuk memberikan bantuan untuk orang lain terjadi lagi. Saya tidak berani meminta untuk berhenti sejenak, dan memilih untuk terus duduk di Angkot yang supirnya menipu kami. Tak lama kemudian, kami diberitahu bahwa stasiun yang dimaksud adalah stasiun Jakarta Kota, bukan stasiun Kampung Bandan. Antik pun sempat kesal dan kami pun memutuskan untuk turun di tempat yang jelas namanya agar kami dapat memesan Taxi. Di tempat kami turun, kami tidak mengetahui apa nama daerah tersebut dan gedung yang kami pilih untuk turun dari Angkot pun tidak ada dalam jangkauan Taxi yang ingin kami pesan. Kami pun memutuskan untuk bertanya kepada kumpulan warga yang ada di dekat kami. Meskipun awalnya saya takut akan penipuan, namun jika saya tidak bertanya saya tidak akan pernah tau. Alhamdulillah, kumpulan warga itu memberi tahu kepada kami jalan menuju stasiun kampung Bandan dan kendaraan umum apa yang perlu kami naiki.
Setelah berjalan sedikit dan menemukan pertigaan, kami pun menunggu kendaraan umum yang perlu kami naiki, sayangnya setelah kami menunggu cukup lama, kendaraan umum yang kami butuhkan pun tidak kunjung tiba, sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk memesan Taxi. Setelah kami memesan Taxi, kendaraan umum yang kami butuhkan pun melewati kami, kurang beruntungnya kami, setelah kendaraan umum tersebut melewati kami, supir Taxi pun MEMBATALKAN pesanan kami. Alhasil kami pun memutuskan untuk menunggu angkutan umum lagi, meskipun cukup lama, Alhamdulillah kami akhirnya mendapatan Angkot yang kami butuhkan. Di dalan Angkot pun saya, Sarah dan Antik terus bercanda gurau dan pastinya Antik mengerluarkan keluh kesalnya karena ditipu oleh supir Angkot sebelumnya. Antik juga berkali-kali mengatakan bahwa saya takut. Saya pun bingung mengapa saya disebut takut, dan Sarah pun berfikiran bahwa saya takut karena kami terancam tersesat. Namun ketika kami Alhamdulillah sampai di stasiun tujuan kami, Antik pun menceritakan bahwa dia takut dengan lelaki yang duduk dipinggir saya yang terus memandangi dia (CIEEE). Kami pun berjalan sedikit dan sampai di stasiun tujuan kami dan menaiki kertea ke arah stasiun Duri.
Selama perjalnan kami membahas tentang sosial media, dan tawa serta canda pun tak terhindarkan sampai pada akhirnya kami tiba di stasiun Duri dan saya hampir menaiki kereta yang salah hehehe. Akhirnya kamipun sampai di Tangerang dengan selamat. Saya tergesa-gesa meninggalkan stasiun meskipun saat itu sedang hujan cukup besar karena harus shalat Magrib. Meskipun cukup sedih karena momen perpisahan kami sangat amat singkat, namun kami melanjutkan tawa dan canda kami lewat sosial media :-)

NB:
See you next time, Antik & Sarah
Selamat memasuki semester IV
Jangan lupa sama gue ya hehe